Senin, 24 Maret 2014

Konsul Jepang Bahas Lahan Gambut Riau

PEKANBARU: Konsul Jepang untuk Indonesia-Medan, Selasa (26/3) melakukan audiensi dengan Wakil Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, membahas pengelolaan lahan gambut di daerah ini.
Pertemuan yang berlangsung di ruang kerja Wakil Gubernur tersebut juga dihadiri oleh Ketua Forum kerjasama Riau Jepang yang juga alumni Mahasiswa Jepang di Riau Tengku Dachril.
Kepada wartawan Arsyadjuliandi Rachman mengatakan, pertemuan yang dilakukan membahas pengembangan lahan gambut di Riau, dan juga kerjasama dalam pelestarian budaya.  Konsul Jepang menawarkan beberapa konsep agar lahan gambut yang ada bisa dimanfaatkan.
“Mereka menawarkan untuk dilakukannya penelitian jenis tanaman apa yang bagus ditanam dilahan gambut tersebut, tanpa mengurangi air yang ada dibawahnya,” jelas pria yang akrab dipanggil Andi Rachman ini.
Dia menyebut, Konsul Jepang tersebut siap menurunkan tim ahli dari Jepang jika Pemprov Riau setuju dengan rencana kerjasama yang akan dilakukan.
Untuk bidang kebudayaan, Andi berharap pengembangan budaya Melayu di Jepang bisa dilakukan, sehingga budaya Melayu bisa dikenal luas dinegara luar.
“Tentu itu akan menjadi masukan bagi kita, karena bagaimanapun pemanfaatan lahan gambut ini juga masih perlu dibicarakan dengan berbagai pihak, jangan sampai nantinya jika diolah akan ada dampak lainnya, itu yang juga mesti kita pertimbangkan,” sebutnya.
Konsul Jepang Yuji Hamada menjelaskan, terdapat beberapa jenis tanaman yang ditawarkan untuk ditanam dilahan gambut tersebut, seperti karet dan kacangan.
“Hanya saja, itu masih perlu dilakukan penelitian oleh tim ahli, karena kita tidak bisa melakukan penanaman dilahan gambut itu secara asal-asalan,” jelasnya.
Sementara Tengku Dachril menjelaskan, kerjasama yang dilakukan adalah kerjasama rakyat Riau dengan rakyat Jepang dalam rangka membangun industri pertanian yang tangguh.
“Bagaimana menyelesaikan lahan gambut kita, agar tidak lagi terjadi kebakaran, budaya Melayu dikembangkan di jepang dan Budaya jepang dikembangkan di Riau,” jelasnya. (rgi/mad)
Sumber : http://www.riau.go.id

Sabtu, 02 Februari 2013

Bertekun dalam Pertanian di Lahan Gambut

Gambut menjadi jenis lahan yang dominan di wilayah pesisir Kalimantan Barat. Sifat tanahnya yang asam membuat lahan itu sangat sulit diolah untuk keperluan budidaya sektor pertanian. Namun, berkat kerja keras dan ketekunan masyarakat, lahan tersebut bisa berdaya guna untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Salah satu sentra pertanian hortikultura di lahan gambut bisa ditemukan di Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya. Subejo (44), petani di Desa Rasau Jaya III, mengatakan, perlu waktu bertahun-tahun bagi lahan gambut untuk bisa ditanami tanaman pangan dan hortikultura.
Itu pulalah yang menyebabkan lahan gambut di wilayah pesisir, terutama lahan gambut dengan kedalaman kurang dari dua meter, menjadi lahan tidur selama bertahun-tahun. ”Banyak orang malas mengolah lahan gambut karena memang biaya yang diperlukan mahal, berbeda dengan jenis tanah di Jawa yang umumnya lebih subur,” kata petani pendatang asal Grobogan, Jawa Tengah, itu pada hari Rabu (17/11).
Rasau Jaya merupakan salah satu wilayah pesisir di Kalimantan Barat dengan jenis tanah yang paling dominan adalah lahan gambut. Pada tahun 1997 Subejo mencoba mengolah lahan gambut dengan terlebih dahulu menebarkan kapur. Kapur memiliki sifat menurunkan kadar asam. Namun, kapur saja belum cukup. Lahan gambut ternyata juga hanya memiliki unsur dominan nitrogen, padahal lahan akan cocok digunakan untuk bertani jika memiliki unsur lain, seperti fosfat, kalium, dan klorida.
”Satu hektar lahan gambut yang pertama kali akan digunakan untuk tanaman jagung, setidaknya membutuhkan modal sebesar Rp 8 juta hingga Rp 10 juta,” kata Subejo. Dari lahan seluas itu akan diperoleh penghasilan sekitar Rp 16 juta.
Kendati keuntungan masih sangat kecil, langkah Subejo memanfaatkan lahan gambut diikuti juga oleh petani-petani lain karena melihat bahwa lahan gambut bisa digunakan. ”Dari uji coba beberapa kali, ternyata yang paling ekonomis untuk pertanian di lahan gambut adalah sayuran dan buah-buahan. Namun, modalnya sangat besar,” kata Subejo.
Subejo memberi contoh, untuk komoditas semangka, misalnya, diperlukan modal Rp 25 juta per hektar, tetapi jika panen bagus akan memberikan penghasilan setidaknya Rp 60 juta dalam masa budidaya selama 90 hari. Komoditas melon dengan modal Rp 70 juta akan memberikan penghasilan Rp 140 juta.
Petani lain
Petani lahan gambut lainnya di Rasau Jaya, Junaedi, mengatakan, kerja keras di lahan gambut harus dilakukan terutama ketika musim kemarau. ”Saluran irigasi harus bagus supaya kadar air di tanah tetap normal ketika hujan tidak turun. Ketika panen, kadang-kadang juga saat pasang air sehingga perlu waktu panen lebih lama,” ujar Junaedi.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Kalimantan Barat Hazairin mengatakan, para petani di lahan gambut memberi kontribusi penting dalam penyediaan sayuran dan buah di Kalimantan Barat. ”Kalimantan Barat bertekad mengurangi ketergantungan terhadap sayuran dan buah dari luar pulau. Sekarang, hanya komoditas tertentu, terutama sayuran dan buah dataran tinggi saja yang masih harus didatangkan. Selebihnya, sudah bisa diproduksi petani lokal,” kata Hazairin.
Selama beberapa dekade, Kalimantan Barat bergantung pada sayuran dan buah-buahan dari Pulau Jawa karena tidak banyak petani lokal yang memproduksinya. Itulah sebabnya kenapa harga sayuran dan buah relatif mahal di Kalimantan Barat, bahkan di pasar-pasar tradisional sekalipun.
Lewat orang-orang yang bertekun mengolah lahan gambut yang tidak termasuk dalam lahan gambut dilindungi karena memiliki kedalaman lebih dari dua meter, ketahanan pangan di Kalimantan Barat bisa dibangun dan dipertahankan. Mereka kembali memberi bukti bahwa kerja keras dan tidak kenal putus asa tetaplah memberi hasil yang setimpal. (aha)
Sumber: KOMPAS

Kamis, 02 Februari 2012

Menanam Jagung Hibrida di Lahan Gambut


BERTANAM Jagung biasanya di tegalan atau ladang subur, apalagi bagi jagung Hibrida. Ide ini muncul dari Ruslan sendiri, dimana lahan seluas 3 Hektar semula direncanakan kelompok untuk tanam Hijauan Makanan Ternak (HMT). Tetapi bibit Kinggrass (Rumput Gajah) belum tersedia, sedangkan lahan sudah siap tanam. Dengan pertimbangan keberadaan Kinggrass dari Proyek belum ada kepastian, maka hasil diskusi kelompok-tani ”Tani Mukti” memutuskan: ”Daripada lahan kosong ditumbuhi rumput, lebih baik ditanam Jagung saja.”.
Uji-coba bertanam jagung di lahan Gambut Desa Sungai Bulan ini, didukung oleh berbagai pihak, hal mana semakin semangat melaksanakannya. Juga atas permintaannya, penulis pun mendesain, bahwa lahan yang ada perlu bebas dari genangan air.
Selain itu dibuat petak-petak berukuran 20 X 10 meter. Dengan maksud petakan tersebut dipisahkan dengan parit drainase yang tak dalam, sehingga pirit (Racun besi) juga tak naik dan bermasalah pada jagung. Sedangkan parit besar sebagai pengendali banjir juga dibenahi, rumputnya dibersihkan, sehingga air hujan dipastikan tak bakal menggenang.
Tunggul dan sisa kayu serta rumput kering dibakar secara bijaksana dengan maksud memamfaatkan abu sebanyak-banyaknya guna kelangsungan pertumbuhan tanaman pokok. Abu ini sebagaimana diketahui mengandung 13 unsur essensial bagi tanaman. Selain itu dilakukan penambahan pupuk WSP-36 sebanyak 50 Kg/hektar sebagai pupuk dasar dengan cara ditebar merata.
Penanaman bibit jagung Hibrida dilakukan sehari kemudian dengan cara ditugal dan jarak tanam 80 cm x 30 cm dengan satu biji perlubang. Sedangkan penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam sambil pemupukan masing-masing Kcl 50 Kg dan Urea 75 Kg perhektar.
Pemupukan dilakukan dengan cara membuat larikan/ garis tanah sedalam 5 – 8 cm dari pangkal tanaman. Selanjutnya pemupukan diulang dengan dosis yang sama pada umur 42 HST, sedangkan urea terhir diberikan pada saat tanaman berumur dan 42 HST dengan dosis yang sama.
Pemeliharaan tanaman dan pengendalian hama dilakukan sebagaimana bertanam jagung di lahan konvensional. Hama utama di lahan baru dibuka seperti ini adalah kera, tupai dan tikus dan menyerang tongkol jagung. Guna memantau dan mengusir hewan kera, di tengah ladang jagung dibuat pondok setinggi 5 meter. Selain itu dibuat rangkaian kaleng yang ditarik dan bergoyang sekaligus mengeluarkan suara. Dengan cara ini meminimalkan serangan kera, tupai dan tikus. Sedangkan hama lain, misalnya ulat dll tidak berarti, sehingga penggunaan pestisida sangat sedikit digunanakannya.
Pada persiapan panen, yakni 10 – 12 hari sebelum petik tongkol, dilakukan pemotongan tajuk bunga/manggar. Agar pengeringan berjalan maksimal, tiga hari sebelum pemetikan dilakukan pengelupasan kelobot. Karena jagung pipilan di singkawang dijual bagi suply peternak ayam ras, sehingga kekeringan dan kwalitas sangat diperhatikan.
Panen perhektar yang tercapai oleh pak Ruslan 3,6 ton JPK dengan kadar air 17 %, sedangkan harga jual pada pengumpul mencapai Rp. 1.900/kg, sehingga total pendapatan perhektar Rp.6.840.000,-. Jika modal perhektar dikeluarkan Ruslan dkk Rp.4.550.000,-, maka dalam satu hektar masih ada keuntungan Rp. 2.335.000,-
Menurut Ruslan keuntungan seluas tiga hektar akan dimusyawarahkan penggunaanya bagi kelompok-taninya. Namun lebih membanggakan bagi kelompoknya, karena panen jagung secara simbolis dilakukan oleh Walikota Singkawang. ”Merupakan prestasi tersendiri,” katanya.*
Sumber : http://pangan-kita.blogspot.com

Jumat, 07 Januari 2011

Alat Pengukur pH Tanah

Alat pengukur PH Tanah, sebaiknya digali dulu 50 cm sebelum dipakai
Alat pengukur PH Tanah, sebaiknya digali dulu 50 cm sebelum dipakai
-pH Tester Tanah atau disebut juga Soil Moisture Meter.
Para pemilik perkebunan, sangat penting memiliki alat pengukur tanah, salah satunya adalah seperti gambar alat pengukur PH tanah dalam artikel ini. Alat-alat pengukur tanah biasanya diciptakan sedemikian rupa agar mudah digunakan dan tidak terlalu berat.
Fungsi alat pengukur pH tanah digunakan sebagai pengukur / pendeteksi parameter kwalitas, potensi tanah atau tingkat kesuburan tanah. Sehingga kita bisa tahu apakah tanah yang kita ukur sudah sesuai dengan nilai pH ideal yang dibutuhkan oleh tananam yang akan kita tanam agar tanaman itu tumbuh secara maksimal dengan hasil yang maksimal pula.
Alat Pengukur PH Tanah
Alat Pengukur PH Tanah
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pH tanah sangatlah penting dalam dunia pertanian karena pH tanah akan menentukan tingkat kesuburan tanaman. pH tanah atau pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti N (Nitrogen), K (Potassium/kalium), dan P (Pospor).
Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan unsur hara lain secara maksimal untuk pertumbuhan, perkembangan, pertahanan terhadap penyakit dan untuk menghasilkan buah.
Keasaman tanah yang terlalu tinggi menyebabkan penggunaan pupuk seperti NPK atau pupuk buah menjadi berkurang manfaatnya atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali.
Tampak atas alat pengukur tingkat ke asaman tanah
Tampak atas alat pengukur tingkat ke asaman tanah
Alat-alat pengukur pH tanah umumnya digunakan  dengan cara menancapkannya di tanah.
Agar hasil pengukuran lebih akurat, sebaiknya di gali terlebih dahulu setidaknya 50 sentimeter.
Dengan alat ini jika kadar ke asaman tanah terlalu tinggi, artinya lahan kita perlu dibenahi, antara lain dengan cara diberi dolomit.
Untuk mengukur pH tanah sendiri, biasanya bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan menggunakan kertas lakmus, pH indikator atau pH meter.
Dibanding dengan cara lain, pengukuran yang paling akurat adalah dengan menggunakan pH meter, ada banyak merek, semakit akurat dan semakin kuat alatnya tentu harganya pun semakin mahal.Namun dengan aplikasi yang sederhana saja, hasil perkebunan yang didapatkan menjadikan harga tersebut tidak sesuatu yang penting dipermasalahkan. Bahkan saya sendiri menggunakan beberapa merek untuk jenis alat pertanian ini.
Berikut ini adalah kelebihan alat pengukur tanah yang saya pakai dalam gambar  :
  • Alat ini bisa dipakai untuk tanaman outdoor maupun indoor.
  • Alat Penguji Ph Meter ini bekerja sebagai alat yang sangat akurat
  • Untuk menghindari kerusakan elektroda, sebaiknya alat ini dibersihkan setelah digunakan.
Harga alat-alat pengukur tanah ini cukup bervariasi, mulai dari harga Rp 90.000 hingga harga Rp 2.500.000.
Berikut sedikit info tentang harga yang didapat hingga akhir bulan Agustus 2014 :
  • Soil moisture meter TAKEMURA DM-15 seperti gambar di samping ini dipasaran dijual dengan harga Rp. 1.250.000
  • Untuk merek Lutron pH-212 Soil pH Meter, dijual seharga Rp. 1.550.000,
  • yang paling murah adalah alat ukur pH tanah berwarna hijau dijual seharga Rp. 90.000.
Dengan dasar pengalaman saya, saya sarankan sebaiknya beli TAKEMURA DM-15 atau Lutron pH-212 Soil PH Meter,  karena alat ini termasuk alat ukur pH tanah yang sangat akurat.
Untuk menyeimbangkan pH/keasaman tanah, umumnya dengan penggunaan kapur pertanian atau dolomit, dosisnya tergantung dengan nilai Ph tanah. Di bawah ini adalah data tingkat kebutuhan kapur pertanian (dolomit) berdasarkan hasil pengukuran pH tanah :
Tabel :
pH Tanah
Reaksi Tanah
Kebutuhan Dolomit
( ton/Ha )
4,5
Masam
7,87
4,6
Masam
7,4
4,75
Masam
6,65
4,8
Masam
6,5
5.0
Masam
5.55
5,25
Masam
4,3
5,2
Masam
4,5
5,4
Masam
3,6
5,5
Masam
3
5,6
Agak Masam
2,7
5,8
Agak masam
1,7
6
Agak masam
0,75
6,1 – 6,4
Agak masam
< 0,8
6,25 – 7,5
Netral
-
7,5 – 8,5
Agak basa
-
Ah kawan, tentu saja catatan ini tidak sempurna terutama pada bagian kebutuhan dolomit per Ha berdasarkan pH tanah, tapi itulah info semampuku yang kukumpulkan disela waktu sibukku, semoga bermanfaat sebagai sebuah gambaran daripada tidak ada acuan sama sekali. Tentu saja aku berharap kritik membangun dari kawan-kawan yang sudah berpengalaman untuk dibagikan di web ini. Dan sekali lagi, Semoga bermanfaat, tetap semangat dan selamat bercocok tanam, …

Rabu, 24 Februari 2010

MENGENAL LAHAN GAMBUT


Keberagaman jenis tanah telah melahirkan keberagaman pengelolaan lahannya. Salah satu jenis tanah yang memiliki pengelolaan yang unik adalah tanah gambut. 
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan bahan organiknya tinggi (>30%). Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan basah ini disebut dalam dalam bahasa inggris sebagai peat; dan lahan-lahan bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bogmoormuskegpocosinmire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diserap dari bahasa daerah Banjar.
Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah 4 trilyun m³, yang menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km² atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi kira-kira 8 milyar terajoule.
Lahan gambut adalah lahan yang ketebalan gambutnya lebih dari 50 cm. Lahan yang ketebalan gambutnya kurang daripada 50 cm disebut lahan bergambut.Gambut terbentuk dari hasil dekomposisi bahan2 organik seperti dedaunan, ranting serta semak belukar yang berlangsung dalam kecepatan yang lambat dan dalam keadaan anaerob.
Berdasarkan ketebalannya, gambut dibedakan menjadi empat tipe :
  1. Gambut Dangkal, dengan ketebalan 0.5 – 1.0 m
  2. Gambut Sedang, memiliki ketebalan 1.0 – 2.0 m
  3. Gambut Dalam, dengan ketebalan 2.0 – 3.0 m
  4. Gambut Sangat Dalam, yang memiliki ketebalan melebihi 3.0 m
Selanjutnya berdasarkan kematangannya, gambut dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
  1. Fibrik, digolongkan demikian apabila bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasikan atau telah sedikit mengalami dekomposisi
  2. Hemik, disebut demikian apabila tingkat dekomposisinya sedang
  3. Saprik, merupakan penggolongan terakhir yang apabila telah mengalami tingkat dekomposisi lanjut.
Tanah Gambut secara umumnya memiliki kadar pH yang rendah, memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi, kejenuhan basa rendah, memiliki kandungan unsur K, Ca, Mg, P yang rendah dan juga memiliki kandungan unsur mikro (seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang rendah pula.
Pendapat lain tentang Gambut adalah merupakan tanah yang terbentuk dari bahan organik pada fisiografi cekungan atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air, anaerob, menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut. Di Kalimantan Proses pembentukan gambut terjadi baik pada daerah pantai maupun di daerah pedalaman dengan fisiografi yang memungkinkan terbentuknya gambut, oleh sebab itu kesuburan gambut sangat bervariasi, gambut pantai yang tipis umumnya cukup subur, sedang gambut pedalaman seperti di Bereng Bengkel Kalimantan Tengah kurang subur (Tim Fakultas Pertanian IPB, 1986; Harjowigeno, 1996; dan Noor, 2001)
Pada daerah Kalimantan Barat penyebaran gambut umumnya di daerah rawa pantai, seperti pada pantai Kab. Ketapang, Kab. Pontianak, Kodya Pontianak sampai ke utara Kab Sambas. Pemanfaatan gambut yang cukup intensif dilakukan penduduk di kab Pontianak, yaitu daerah Sungai Kakap, Rasau Jaya, Sungai Ambawang dan disekitar kota Pontianak. Pada daerah yang padat peduduknya seperti disekitar kota Pontianak, lahan gambut dimanfaatkan untuk pertanian hortikultura, sayur-sayuran dan lidah buaya. Pada daerah Kakap dan Rasau Jaya petani menggunakan tanah gambut untuk tanaman padi, palawija dan kebun kelapa. Kebun Kelapa sawit di usahakan di Sungai Ambawang Kab Pontianak
Dalam memanfaatkan gambut untuk tanaman hortikultura petani sekitar kota Pontianak memanfaatkan input usaha tani yang cukup tinggi. Untuk meningkatkan kesuburan tanah gambut mereka menggunakan abu bakar berasal dari abu kayu (abu sawmill), abu sampah kebun, kapur, pupuk kandang asal peternakan ayam dan pupuk kimia. Berkurangnya jumlah saw mill karena langkanya bahan baku kayu menyebabkan abu sawmill menjadi langka, untuk mengganti abu sawmill masyarakat memperbanyak pembakaran sampah organik dari lahan pertanian mereka. Peningkatan harga BBM menyebabkan meningkatnya harga pupuk kimia, hal ini menyebabkan semakin mahalnya ongkos yang harus dikeluarkan petani dalam budidaya pertanian dilahan gambut.
Tanaman palawija akan berproduksi jika gambut diberi masukan abu bakar, pukan ayam dan pupuk kimia. Pembuatan abu dilakukan petani bersamaan dengan musim kemarau, yaitu dengan cara membakar gambut pada waktu membersihkan lahan dari gulma dan semak belukar. Mahalnya harga pupuk menyebabkan ketergantungan petani pada abu bakar dari gambut semakin tinggi. Pembakaran gambut dalam kegiatan pembukaan lahan dan pengadaan abu bakar menyebabkan polusi asap terjadi pada setiap musim kemarau. Keberadaan gangguan asap pada setiap musim kemarau akan menyebabkan kerugian pada masyarakat berupa gangguan kesehatan, aktifitas transportasi, pendidikan, perdagangan dan lain lain. Bahkan penyebaran asap sampai kenegeri tetangga. Pembakaran gambut dapat pula meningkatkan efek rumah kaca dan pemanasan global yang saat ini menjadi perhatian dunia.
Secara teoritis permasalahan pertanian lahan gambut sesungguhnya disebabkan oleh drainase yang jelek, kemasaman gambut tinggi, tingkat kesuburan dan kerapatan lindak gambut yang rendah. Kemasaman gambut yang tinggi dan ketersediaan hara serta kejenuhan basa (KB)yang rendah menyebabkan produksi pertanian di lahan gambut sangat rendah. Pemanfatan kapur pertanian, dolomit, untuk memperbaiki kemasaman tanah dan KB memerlukan input dolomit yang tinggi dan mahal. Abu bakar dapat memperbaiki kesuburan tanah namun pembakaran harus dilakukan secara terkendali.
Beberapa tehnologi pertanian baik yang bersumber dari kearifan lokal oleh petani maupun hasil-hasil penelitian oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian perlu dikaji kembali untuk mewujudkan pertanian lahan gambut yang berkelanjutan.Pertanian gambut diharapkan dapat memberikan hasil yang memberi penghidupan bagi petani namun tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan dan kerugian bagi masyarakat luas.
Posted by GOZOMORA